Rabu, 10 Januari 2018

EXACT LOVE STORY (9 FF ONESHOOT FROM 9 MEMBER)



CLOUD [BAEKHYUN]

Main Cast : Byun Baekhyun, Han Young Sil
Genre : Fantasy, romance

Keajaiban itu menakjubkan. Keajaiban datang dengan cara yang menakjubkan. Tetapi keajaiban juga pergi dengan cara yang lebih menakjubkan.

Seorang gadis bermata bulat seperti purnama penuh, sedang menengadah kearah hujan yang sedang turun. Tangannya dijulurkan kedepan agar terkena tiap tetes hujan yang turun dari langit itu. Hujan kali ini turun dengan langit yang tak muram. Bahkan bisa dikatakan cerah.
Jika langit cerah itu dapat menurunkan hujan, apakah ia juga bisa menerunkan kebahagiaan untuk dirinya. Kebahagiaan yang turun bersama rintik hujan tersebut. Kebahagiaan yang selama ini telah ia rindukan lamanya. Kebahagiaan yang tak pernah mengisi sisi dari kehidupan, Han Young Sil.
Sekalipun cinta juga tak pernah ia dapatkan. Kedua orang tuanya sibuk bekerja, mereka sibuk dengan kehidupan pribadinya. Mengabaikan Young Sil sendiri didalam rumah yang cukup besar. 
Sementara disekolah, ia hanya bisa menyendiri. Ia tak memiliki teman, bahkan mereka terkesan menjauhinya. Young Sil bukan tak mau bergaul, tapi ia memang seorang yang pemalu. Maka dari itu, ia lebih senang untuk menyendiri dan benar-benar sendiri.
Walaupun ia pemalu, tapi ia juga ingin merasakan yang namanya kasih sayang dan cinta dari orang disekitarnya. Ia ingin merasakan keberanian selain dengan hujan. Ia ingin menggenggam erat selain dengan hujan. Yang penting segalanya selain dengan hujan.
Hujan tak kunjung reda sejak satu jam yang lalu. Sekolahnya sudah sepi dari siswa. Mereka sudah pulang terlebih dulu sejka tadi. Ada yang dijemput, atau menerobos hujan dengan payung yang mereka bawa. Sedangkan Yong Sil lupa tak membawa jas hujan ataupun payung, terpaksa ia harus menunggu hingga hujan reda.
Kakinya lelah telah menopang tubuhnya untuk berdiri sedari tadi. gadis itu berjalan mundur dan duduk dibangku panjang dibelakangnya. Kedua tangan gadis itu menggenggam erat. Matanya menghadap kebawah. Nafasnya ia hembuskan pelan, sampai tak terdengar hembusannya.
Oh Tuhan, selama ini kau sembunyikan dimana semua cintaku? Kalau boleh aku memohon, aku ingin sebuah keajaiban. Aku ingin sebuah keajaiban cinta datang kepadaku. Sekalipun itu tak nyata, aku tak apa. Aku menerimanya. Hanya saja, aku ingin merasakannya saja. apakah keajaiban itu benar adanya?
Tak terasa bulir air mata jatuh dari kelopak indahnya. Membasahi wajah cantiknya, yang ia biarkan tak diusap. Biar airmata ini menjadi saksi akan keajaiban yang ia inginkan. Hatinya ingin sekali. Benar-benar ingin harapannya itu terkabul.
Tiba-tiba ia merasakan ada yang menggenggam tangannya. Young Sil mendongak menatap seorang lelaki tampan yang sedang ada dihadapannya, ia tersenyum manis dengan matanya yang seperti bulan sabit. Lelaki itu langsung menarik Young Sil pergi dan berlari.
Young Sil menyadari tangannya telah digenggam. Ia menatap lelaki yang didepannya, yang mengajaknya berlari tanpa mengatakan apapun. Young Sil sendiri juga tak tau harus berkata apa. Ia juga tak mengerti apa yang sedang ia alami saat ini.
Lelaki itu menghentikan langkahnya di depan perpustakaan sekolah. Ia berbalik badan dan menghadap kepada Young Sil. Lelaki itu kembali megukir senyum indahnya, "Ayo," ia kembali menarik tangan gadis itu untuk masuk kedalam. "Dududklah."
Young Sil duduk dikursi yang terletak paling pojok dari perpustakaan. Begitu pula lelaki tampan itu, ia juga duduk berhadapan dengan Young Sil. "Kau.. siapa?" tanyanya terbata.
"Aku?" suaranya begitu bersemangat. Ia lalu menjulurkan tangan. "Aku Byun Baek Hyun." Gadis itu menjabat tangan tersebut , ragu. "Kau pasti Han Young Sil?"
Belum sempat Young Sil membuka mulutnya. Lelaki itu langsung menyebut namanya dahulu. "Darimana kau tau namaku?"
Ia kembali tersenyum dan membuat jantung Young Sil berdengup dua kali lebih kencang. "Aku tau semua tentangmu."
Gadis itu mengerjap, tak berkedip. "Semua tentangku? Bagaiamana bisa?" tanyanya dengan nada pelan.
"Kau tak usah tanya kenapa. Lagi pula, Young Sil-ah kau tak usah malu begitu didepanku," ia ingin menggapai tangan gadis itu, tapi gadis itu terburu menyingkirkannnya. "Aku bilang tak usah malu. Bagaimana kalau kita berteman?"
"Berteman?"
"Eoh, chingu. Kau tak memiliki teman, kan? Aku akan menjadi temanmu."
Young Sil masih menatap Baek Hyun dengan tatapan bingung. Bagaimana mungkin ia bisa tau semua tentang dirinya. Apa dia adalah seorang penguntit?
Baek Hyun menoleh kearah jendela, melihat kalau hujan telah reda. "Sudah reda. Kau tak pulang?"
"Eoh? Nde." Young Sil berdiri dari tempat duduknya dan ingin beranjak pergi.
"Tunggu." Baek Hyun menghentikan langkah Young Sil dengan berdiri tetap didepannya. "Temui aku disini setelah pulang sekolah."
"Nde?"
"Kita kan teman. Temui aku disini besok. Kau harus janji."
Siapapun yang melihat Young Sil pasti tau kalau ia sangat gugup saat ini. Ia berusaha membuang pandangan, tapi bingung kemana. Tangannya juga beretar karena sangat canggung.
"Kau harus janji, Young Sil-ah. Aku menunggumu besok." Baek Hyun mengusap puncak rambut Young Sil pelan. "Pulanglah."
Young Sil mengangguk dan berjalan melewati Baek Hyun yang ada didepannya. Dengan langkah panjang, ia berusaha untuk secepatnya pergi dari sini. Nafasnya begitu kacau, ia harus kembali menatanya lagi. Apalagi kalau bukan karena kejadian tak terduga ini?
***
Gadis itu mundur selangkah, ia ingin mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam. Tidak, ia terlalu malu untuk melakukan itu. Mungkin saja kemarin itu hanya rayuan badboy yang hanya ingin menganggunya saja. Gadis itu berbalik badan berniat untuk pergi.
"Bha.." gertak seorang lelaki yang muncul dari balik jendela.
Tubuh Young Sil terjingkat mendengar gertakan itu tiba tiba. "Oh my God," Young Sil mengelus dadanya. Jantungnya hampir copot karena saking kagetnya.
"Ha..ha..." lelaki itu hanya tertawa melihat reaksi Young Sil.
"Kenapa kau menggertakku?" tanya Young Sil dengan muka cemberut.
"Maaf. Maaf," ia menghentikan tawanya. "Kau mau kemana?"
"Eoh?"
Baek Hyun lalu berjalan keluar dari perpustakaan dan menghampiri Young Sil. Ia lalu menarik tangan Young Sil dan membawanya masuk kedalam. "Kau tak boleh pergi. Kau sudah berjanji," ia lalu menyuruh gadis itu untuk duduk ditempat yang sama seperti kemarin.
"Sudah kubilang jangan malu!" seru Baek Hyun saat melihat wajah Young Sil yang pucat pasih.
Young Sil tak tau harus melakukan apa-apa. Jujur, ia memang sangat malu saat ini. Tapi, apa mungkin kedatangan lelaki ini adalah jawaban dari harapannya kemarin. Kalau benar, berarti ia adalah keajaiban. Keajaiban yang ia harapkan selama ini. Lalu, akankah ia akan menyianyiakan harapannya ini? Tidak, ia harus berani! Young Sil berusaha mendongak menatap Baek Hyun. "Nde!"
"Apa? Aku tak dengar."
"Nde." Teriaknya dengan suara keras.
"Bagus. aku suka melihat Young Sil yang bersemangat." Baek Hyun kembali mengusap puncak rambut Young Sil, yang membuat gadis itu menerbitkan senyuman.
"By the way, kau itu kelas berapa? Aku tak pernah melihatmu sebelumnya."
"Aku adalah siswa tahun terakhir. Kenapa? kau ingin mengunjungiku di kelas?"
"Tidak, tidak." Young Sil menyela cepat. "Siapa bilang? Ah, ini buku apa?" tanya gadis itu untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Ini?" Baek Hyun mengambil buku bersampul merah disampingnya. "Ini buku tentang Putri Young Sil."
"Young Sil?" pekik gadis itu ketika mendengar judul buku tersebut.
"Eoh. Kau mau melihatnya."
"Nde." Young Sil mengangguk bersemangat.
"Nah disini, Young Sil adalah seorang putra yang hidup dilangit. Ia adalah putri yang cantik, bijaksana, dan periang. Ia suka bermain di awan dengan teman-temannya dilangit. Ia suka sekali bermain dan mengobrol dengan teman sebayanya.
"Karena paras dan sikapnya yang cantik, Putri Young Sil dikenal diseluruh jagad. Banyak pangeran yang berduyun-duyun datang untung melamar sang putri. Tapi dia tak bisa memilih sembarangan pangeran itu. Akhirnya, ia memberikan sebuah syarat untuk mereka.
"Karena Putri Young Sil tak pernah merasakan kesedihan, ia akhirnya memberikan syarat kepada para pangeran itu untuk menceritakan sebuah cerita menyedihkan kepadanya dan harus bisa membuatnya menangis. Tapi, hampir seluruh pangeran tak bisa membuat putri menangis, ia malah tertawa ketika mendengar cerita dari mereka. Namun, ada satu. Dia bukan pangeran, dia hanya manusia biasa yang sebenarnya tak diperkenankan untuk memasuki istana putri Young Sil.
"Tapi, karena kebaikan putri. Akhirnya, ia diperbolehkan untuk mengikuti sayembara itu. Lelaki itu bernama Baek Ho."
"Baek Ho?" pekik Young Sil sekali lagi.
"Nde, Baek Ho. Bukan Baek Hyun. Ingat!" seru lelaki itu.
Young Sil tertawa kecil mendengar ucapan Baek Hyun.
"Nah, lelaki itu mampu membuat putri Young Sil menitihkan air mata untuk pertama kalinya. Lelaki itu menceritakan tentang kisah cinta antara manusia di bumi. Semua lika liku cinta mereka dan airmata cinta mereka. Putri benar-benar terharu dengan kisah yang dituturkan Baek Ho. Karena ia berhasil membuat putri bersedih, akhirnya dialah yang terpilih menjadi suami Young Sil. Mereka berdua hidup bahagia dan memberikan kehangat untuk orang disekitarnya."
"Wah.. cerita yang mengesankan." Young Sil tersenyum lebar kepada Baek Hyun.
"Maka dari itu Young Sil yang satu ini tak boleh bersedih. Kau harus bisa selalu tersenyum seperti Putri Young Sil dan menemukan Baek Ho yang bisa membuatmu terus tertawa," ia menggenggam jemari Young Sil erat. "Setidaknya, jika kau tak bisa bermain diatas awan seperti putri. Kau bisa bermain dan tertawa dengan teman-temanmu disekolah."
Young Sil mengangguk dan tersenyum tipis. Akankah kau mau menjadi Baek Ho-ku, Baek Hyun-ah? Aku berharap jika Baek Ho-ku nanti itu dirimu, yang akan terus mengukir senyumku.
"Kau menangis, Young Sil-ah?" tangan Baek Hyun akan mengusap air mata Young Sil, tapi tiba-tiba ia malah menarik hidung Young Sil hingga memerah. "Sudah kubilang jangan bersedih!"
"Aww, sakit tau. Dasar." Young Sil bergantian menarik hidung Baek Hyun.
"Kau berani denganku?" Baek Hyun beranjak dari kursinya dan berjalan kearah mendekat ke Young Sil. Tapi gadis itu berhasil kabur dan berlari duluan. Lelaki itu akhirnya mengejar Young Sil. "Kau mau kemana, Young Sil-ah?"
"Kau tak bisa menangkapku?" Young Sil menjulurkan lidah, mengejek Baek Hyun. Ia juga tersenyum dan tertawa lebar sambil berlari.
"Aku suka kau tertawa, Young Sil-ah?" teriak Baek Hyun sambil ikut tertawa.
Hari ini hatinya begitu bahagia. Sangat bahagia. Ia tak pernah tertawa lepas sebelumnya. Dan kali ini ia merasa hidup dengan tawa yang ia utaran bebas. Ia berharap, tawa ini akan terus terjaga dan tak pernah pudar bersama Baek Hyun. Ia berharap ini bukanlah sebuah mimpi, yang akan hilang saat ia membuka mata.
***
"Anyeong.." sapa Yong Sil saat memasuki perpustakaan dan menemukan Baek Hyun yang duduk disana. Lelaki itu melempar senyum kepada Young Sil yang terlihat begitu ceria.
"Wah.. Kau begitu ceria hari ini. Aku senang melihatnya."
Gadis itu kemudian berjalan ke tempat Baek Hyun berada. Ia meletakkan dua botol soda yang telah ia beli tadi, diatas meja. "Ini untukmu." Yong Sil memberikan satu botol soda ke lelaki itu.
"Soda? Ini minuman kesukaanku dalu."
"Dulu? Kau tak menyukainya sekarang?"
Baek Hyun tersenyum kecil. "Anio, gomawo."
"Ehm.." Yong Sil mengangguk dan membuka tutup botol tersebut. Lantas meneguk soda itu. "Agh.. menyegarkan."
"Aku suka melihatmu seperti itu."
"Sudah berapa kali, kau katakan itu kepadaku, Baek Hyun-ah? Kau terlalu sering memujiku." Yong Sil tersenyum sambil meneguk minumannya. Sebenarnya, ia senang dengan ucapan lelaki itu. Kalau boleh, ia ingin Baek Hyun terus mengatakan kepadanya seperti itu.
"Kau harus seperti ini terus, Young Sil-ah!"
Asal berasamamu.
"Anio. Kau harus tetap seperti ini, walau tak bersamaku lagi."
Yong Sil menatap lelaki itu dengan mata lebar. bagaimana ia bisa tau isi hatinya? "Kau.."
"Sudahlah, yang penting kau harus selalu tersenyum. Aku menyukaimu jika kau tersenyum seperti itu. Kau terlihat sangat cantik."
"Apa kau menyukaiku?" tanya Young Sil dengan nada pelan. Baru kali ini ia berani berkata seperti itu dengan orang lain, apalagi seorang namja.
"Nde," jawab Baek Hyun cepat, yang membuat senyum gadis itu melebar. "Kalau kau tersenyum."
"Kalau aku tak tersenyum?"
"Aku tak menyukaimu."
"Kalau begitu akan tersenyum terus." Gadis itu tersenyum semakin lebar. "Bagaimana? Seperti ini?" ia terus tersenyum kepada Baek Hyun.
"Kau terlihat sangat cantik."
"Kalau aku tertawa?" Young Sil tertawa lebar dengan menampakkan giginya yang tersusun rapi.
"Kau terlihat luar biasa."
Young Sil terus tertawa. Ia suka pujian yang dilontarkan Baek Hyun. Ia juga semakin menyukai lelaki itu. Lelaki yang berhasil meruntuhkan istana kesedihannya. Baek Hyun adalah Baek Ho untuk Han Young Sil.
***
Keajaiban itu menakjubkan. Keajaiban datang dengan cara yang menakjubkan. Keajaiban berbuat dengan cara menajubkan pula. Semua tentang keajaiban itu menakjubkan.
Sejak ia bertemu lelaki yang matanya seperti bulan sabit itu, ia tak lagi menjadi seorang yang pendiam. Sekarang, ia mulai mampu berinteraksi dengan teman-temannya yang lain. Bahkan ia juga ikut organisasi disekolahnya, yang tentunya banyak siswa yang tak seumuran dengannya. Tapi, rasa canggung itu tak ia rasakan lagi.
Ia merasa bebas, karena terlepas dari kekangan rasa canggung itu. Sekarang hidupnya lebih berwarna dengan banyak teman. Dan bisa memiliki teman bicara itu menyenangkan. Benar, yang dikatakan Baek Hyun.
"Anyeong haseyo, Seo Hyun eonni." Yong Sil menyapa kakak kelasnya, yang satu organisasi dengannya.
"Yong Sil-ah." ia juga mengangguk pelan kepada Yong Sil.
"Boleh kita bicara?"
"Eoh." Mereka duduk dibangku depan kelas Yong Sil.
"Apa kakak bisa membantu mencarikanku data diri seluruh siswa disini. Terutama siswa tahun akhir." Yong Si mengatakannya malu-malu.
"Kau mau stalker, ya?"
"Anio. Hanya saja, ada salah satu kenalanku di kelas akhir. Aku mau tau tanggal lahirnya. Aku mau memberi kejutan saat ia berulang tahun."
"Oh," ia mengangguk sambil menatap Yong Sil yang terus tersenyum. "Pacarmu, ya?"
"Anio." Young Sil menyela cepat, "maksudku belum."
"Aku harap kalian segera jadian. Okay, aku akan membantumu. Memang siapa namanya?"
"Byun Baek Hyun."
"Byun Baek Hyun," Seo Hyun mencatat nama tersebut di note ponselnya. "Aku akan mencarinya. Mungkin besok aku bisa memberi tahumu."
"Nde. Tak apa. Gomawo, eonni."
"Eoh." Seo Hyun beranjak dari tempat duduknya. "Aku pergi dulu, ya?"
"Ehm, gomawo."
***
"Dor.." hentak Young Sil yang untuk mengagetkan Baek Hyun, tapi lelaki itu malah tak terkejut sana sekali. "Kau tak kaget?" tanya Young Sil sambil duduk disamping Baek Hyun.
"Cih. Langkah kakimu saja dapat aku dengar. Mana mungkin aku kaget?"
"Aigoo." Yong Sil memukul lengan Baek Hyun pelan. "Cah. Ini dia minuman kesukaanmu, soda. Minumlah."
Baek Hyun menerima minuman tersebut, tetapi hanya memandanginya saja.
"Kenapa? Minumlah, kau pasti haus."
"Aku akan meminumnya nanti," ia lalu meletakkan minuman tersebut disampingnya.
"Kenapa tidak sekarang? Kau selalu bilang nanti."
"Sekarang kau menjadi sangat manja, Yong Sil-ah." Baek Hyun mencubit pipi Young Sil sambil tersenyum. "Apa kau akan lebih manja lagi seterusnya?"
"Nde. Aku akan lebih manja denganmu." Young Sil meletakkan kepalanya dibahu Baek Hyun.
"Kau harus janji, kalau kau akan terus tersenyum."
"Kau selalu berkata seperti itu. Aku akan selalu tersenyum jika bersamamu."
"Andwe. Kau harus terus tersenyum walau tak sedang bersamaku. Karena aku selalu melihatmu, aku menyukaimu jika tersenyum."
"Aigoo, Baek Hyun-ah. Kau romantis sekali." Young Sil mengangkat kepalanya dan beralih menatap lelaki tampan itu. "Jangan-jangan selama ini kau menjadi penguntit, ya? Kau bisa tau namaku? Kau bisa tau tentang diriku?"
Baek Hyun mencubit pipi Young Sil lagi. "Sekarang kau menjadi cerewet sekali."
"Aku menjadi cerewet karenamu." Young Sil meletakkan kembali kepalanya kebahu Baek Hyun.
"Kau bersikap sangat imut sekarang."
Young Sil mendongak dan langsung mencium bibir Baek Hyun. "Aku menyukaimu. Jangan tinggalkan aku."
Baek Hyun menatap mata bulat Young Sil yang baru saja menciumnya. Ia terdiam sejenak. "Aku akan selalu melihatmu."
"Aku mau kau disisiku." Young Sil mengenggam tangan Baek Hyun. "Omo, tanganmu dingin sekali. Kau sakit?" Young Sil meletakkan telapaknya dikening Baek Hyun.
"Tidak." Baek Hyun menggenggam tangan Young Sil yang menyentuh keningnya dan beralih menempelkan ke wajahnya. "Aku tak akan sakit."
"Bagus. Kau tak boleh sakit, agar bisa terus bersamaku. Oh ya, aku minta alamat rumahmu."
"Buat apa?"
"Aku mau berkunjung ke rumahmu." Young Sil menyodorkan secarik kertas dan pena.
Baek Hyun tertegun sejenak. Ia tak langsung menjawab ataupun menulis. Namun, beberapa saat ia mengambil pena tersebut dan menulisnya. Ia lalu melipat kertas tersebut menjadi lebih kecil. "Kau jangan membukanya, sebelum kau ingin ke rumahku."
"Aku tak akan membukanya. Aku akan membukanya nanti." Young Sil menerima secarik kertas tersebut sambil tersenyum manis.
"Aku menyukaimu, saat kau tersenyum."
"Tuh kan, kau mengatakannya lagi. Tapi tak apa. Aku senang." Young Sil melingkarkan lengannya ke pinggang Baek Hyun dan memeluknya erat. Gadis itu juga terpejam sejenak dalam pelukan Baek Hyun. Merasakan kesenangan saat bersama pria itu.
***
"Young Sil-ah."
"Eonni," sapa Young Sil ketika melihat Seo Hyun eonni sedang melambaikan tangan kepadanya.
"Young Sil-ah. Aku menemukannya. Ini." Seo Hyun menyodorkan sebuah kertas kepada Yong Sil.
"Gomawo, eonni."
"Bisa kita bicara sebentar?"
"Eoh." Young Sil mengangguk dan mengikuti langkah Seo Hyun didepannya sampai mereka sampai dilorong sekolah.
"Sebenarnya nama Byun Baek Hyun sudah tak terdaftar sebagai siswa di sekolah kita."
"Lalu ini?"
"Aku mencarinya lagi ke daftar murid yang pernah bersekolah disini dan aku menemukannya."
"Benarkah?" Young Sil membulatkan mata.
"Dan menurut rumor yang beredar, dia tak lagi bersekolah disini sejak ia mengalami kecelakaan berbulan-bulan yang lalu dan mengalami koma. Mungkin saja, ia pindah ke sekolah lain setelah mengalami koma yang lama."
"Cih, tapi dia masih suka mengunjungi sekolah kita." Young Sil mendengus ringan lalu kembali tersenyum.
"Mungkin dia belum bisa move on dari sekolah kita." Seo Hyun ikut tertawa.
"Benar juga."
***
Hari-harinya ini, sekarang seperti sedang diatas awan. Indah dan begitu membahagiakan. Sempurna sekali. Kesedihan yang kelam tak lagi menghampiri hidupnya lagi.
Setelah menerima informasi dari Seo Hyun eonni kemarin. Ternyata, Baek Hyun berulang tahun hari ini. Tepat satu hari setelah ia menerima kabar tentang bio nya. Untung saja, Young Sil juga masih memiliki waktu untuk mempersiapkan kejutan untuknya.
Sebuah kue tart berukuran sedang, dengan toping coklat yang menggiurkan ditambah tulisan nama Baek Hyun yang digambar dengan cream diatas kue, telah ia persiapkan untuknya. Tak lupa ia juga memakai dress cantik dengan polesan make up natural. Membuatnya semakin cantik.
Alamat yang Baek Hyun berikan kemarin, langsung ia beri kepada supir taksi. Ia tak membukanya sama sekali. Ia harus memegang janji antaranya dan Baek Hyun.
Setengah jam perjalanan dari rumahnya, akhirnya taksi tersebut berhenti. Yeoung Sil keluar taksi setelah menyerahkan uang pembayaran. Matanya mengerjap melihat bangunan yang ada didepannya. Apa ia tak salah alamat?
Tapi tak mungkin, karena ia sudah memberikan alamat itu kepada supir taksi tadi. Jika benar, namun kenapa ia bisa sampai ketempat pemakaman. Jangan-jangan..
Young Sil melangkah masuk gedung itu sambil tetap membawa kue tart tersebut. Ia berjalan seolah ada yang menuntunnya, padahal ia sebelumnya tak pernah kesini. Seolah ada yang membisikkan sesuatu di telinganya, dan mengkuti arah bisikan itu. Sampai ia terhenti didepan sebuah tempat peletakan abu.
Kue yang ada ditangannya tiba-tiba terjatuh ke lantai, ketika mata bulatnya memandang foto yang terbingkai dibalik kaca itu. Ia menutup mulutnya dengan tangan, merasakan ketidak mungkinan ini. Langkahnya terus mundur, karena tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Air matanya sudah tak tertahan untuk segera jatuh kepipinya. "Tak mungkin.. tak mungkin.. kenapa ada foto Baek Hyun disitu?" ia terus terisak ketika kembali melihat foto Baek Hyun terpajang didekat guci abu itu. Tangannya bergetar hebat, bahkan sekarang tubuhnya ikut berguncang. Kegilaan macam apa ini?
Young Sil langsung berlari keluar gedung dan mencari taksi. Ia tak kuat lagi, merasakan kebodohan macam itu. Hatinya seperti baru saja runtuh dan hancur berkeping keping.
Young Sil akhirnya turun didepan sekolahannya. Dan dengan segera berlari menuju perpustakaan sekolah. Ia melangkah panjang, agar cepat sampai.
Kakinya melemas ketika telah sampai didepan ruangan itu. Ruangan yang menjadi saksi kebersamaannya dengan Baek Hyun, ruangan yang menjadi titik awal senyumnya terukir. Ia lantas melangkah dengan pelan memasuki ruangan itu. Ruangan itu kosong.
Ia lalu mendekati meja yang biasa Baek Hyun dan dirinya tempati. Diatas meja terdapat dua botol soda yang masih utuh. Young Sil semakin terisak sembari mengambil botol tersebut. "Baek Hyun-ah. Kau dimana?" ia lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya, namun tak ada siapa-siapa.
Disamping minuman tersebut, tergeletak sebuah amplop coklat. Young Sil mengambil amplop tersebut dan membukanya. Ia melihat beberapa buah foto didalamnya. Dan semua foto itu adalah foto Young Sil. Young Sil yang sedang tersenyum.
Sepertinya, foto tersebut diambil ketika ia baru masuk sekolah ini. terlihat dari baju yang ia kenakan, yaitu masih baju sekolah lama. "Siapa yang mengambilnya?"
"Aku."
Young Sil mengangkat kepalanya ketika mendengar sebuah suara merdu didepannya. Dilihatnya seorang lelaki tampan yang sedang berdiri tegap didepannya. Lelaki itu adalah lelaki yang benar-benar ia sukai. "Baek Hyun-ah..."
"Aku yang mengambilnya. Aku menyukaimu jauh sebelum aku atau kau saling mengenal. Aku jatuh cinta padamu saat melihat senyummu. Aku telah terhipnotis dengan senyummu, Young Sil-ah."
Air mata Young Sil jatuh tanpa bisa dihentikan lagi, menatap lelaki itu. Hatinya terasa telah mati rasa detik ini.
"Maka dari itu aku menyuruhmu untuk terus tersenyum."
"Nde. Aku akan terus tersenyum," Young Sil memaksakan senyumnya yang dibarengi dengan isak tangis.
"Tapi, aku sudah terlambat. Aku tak menemuimu secepatnya waktu itu. Sekarang, aku hanya bisa berharap agar kau selalu bahagia."
"Anio. Kau tak terlambat. Kita masih-"
"Tidak, Young Sil-ah. Aku sudah bersyukur masih diberi kesempatan untuk bersamamu, walau itu singkat. Walau dengan keadaan seperti ini. Walau aku tak mungkin lagi bisa menggenggammu setelahnya. Aku tetap bahagia. Karena pernah mengukir senyummu. Aku bisa tenang sekarang. Gadis yang aku sukai telah kembali tersenyum." Baek Hyun juga meneteskan air matanya. "Maafkan aku, Young Sil-ah."
Young Sil langsung berlari dan memeluk Baek Hyun erat. "Jangan tinggalkan aku. Aku mohon. Kenapa kau menghancurkanku setelah membuat senyumku terbit?"
"Maafkan aku, Youn Sil-ah." lelaki itu mengelus rambut Young Sil pelan. Begitu pula Young Sil yang terus memeluknya erat, ia tak akan membiarkan Baek Hyun pergi,ia akan terus memeluknya. Namun, perlahan pelukan itu merenggangg dan semakin lama semakin tak terasa. Ia menghilang.
Tangisan Young Sil pecah seketika. Ia tak lagi melihat lelaki tampan itu, "Baek Hyun-ah.. kau dimana? Baek Hyun-ah.." jerit Young Sil saat tubuhnya ikut terjatuh ke lantai. "Kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau meninggalkanku seperti ini? Kenapa kau hanya menjadi mimpiku saja? Bagaimana jika aku merindukanmu? Bagaimana jika senyum ini tak lagi terukir? Bagaiman Baek Hyun-ah?" Young Sil terus terisak sambil melontarkan pertanyaan-pertanyaan tentang seluruh isi hatinya.

***
SARANGHAEYO
WE ARE ONE, WE ARE EXO L



FOR NEXT FANFIC PLEASE FOLLOW MY BLOG...

EXACT LOVE STORY (9 FF ONESHOOT FROM 9 MEMBER)

One and Only [Sehun]


Anyeong...
Kembali lagi ke FF kedua ku lanjutan dari postingan sebelumnya yeay...
Kalau kalian kelewatan baca yang seri sebelumnya, bisa dilihat di https://sharecurahanremaja.blogspot.co.id/2018/01/exact-love-story-9-ff-oneshoot-from-9.html

SELAMAT MEMBACA

***
Main Chast : Sehun EXO, PARK BO YOUNG
Genre : School Romance
Dari sini aku dapat melihat wajah cantikmu? Dari sini aku bisa melihat senyum dan tawamu? Dari sini aku bisa merasakan udara segar yang aku hirup bersama cintaku yang terus mengalir indah setiap hari untukmu? Disinilah awal cinta ini tumbuh untukmu.
Gumam lelaki berkacamata bulat yang rambutnya di sisir licin ke samping itu ketika melihat wanita cantik yang ia lihat dari atas blangkon sekolahnya. Lelaki yang sama sekali tak menarik, dengan penampilannya yang super cupu dan bisa dikatakan sangat jelek. Lelaki itu berharap agar cintanya akan terbalas oleh wanita cantik bernama Kim Yoon Ah itu. Lelaki yang notabenya pasti tak akan dilirik oleh seluruh wanita di sekolahnya itu.
Siapa yang ingin mendekati lelaki bermarga Oh, yang tak memiliki kesempurnaan apapun itu. Tidak dalam visual, olahraga, maupun pelajaran, apa yang perlu dibanggakan dari lelaki seperti itu? Tidak ada. Hanya ada satu, sahabatnya yang bernama Park Bo Young, yang sedang berjalan menuju kearahnya sambil membawa dua gelas kopi favoritnya itu yang selalu ada disampingnya.
Hanya dia satu-satunya wanita yang sudi untuk mendekati dirinya. Tanpa rasa malu, atau sebal dengan banyak ejekan yang dilontarkan kepada wanita bertubuh mungil itu saat sedang berjalan dengannya. Padahal, ia sering menegur Bo Young agar tak usah lagi mendekatinya. Ia tak mau gadis itu terkena imbasnya, karena berteman dengan pria jelek macam dirinya.
Tapi, bukanlah Park Bo Young jika ia ampuh dengan berbagai ejekan. Wanita yang memiliki senyum sangat imut itu, tak pernah sekalipun malu. Ia malah sering mencibir balik siswa lain yang mengejek dirinya dan temannya. Ia beruntung memiliki teman seperti Bo Young.
"Ini," gadis itu memberikan segelas kopi untuknya.
"Makasih."
"Kau sedang menatapnya, Sehun-ah?"
"Seperti yang kau lihat. Dia selalu tampak mempesona, apalagi dilihat dari sini." Sehun terus melempar pandangan kepada Yoon Ah yang sedang berjalan bersama teman-temannya. Sekalipun ia tak pernah merasa bosan untuk melihat wanita cantik itu.
"Cih. Terserah kau."
"Bagaimana dengan pria yang kau sukai itu?" tanyanya tanpa menoleh kearah Bo Young.
"Tak ada perkembangan, masih seperti dulu. Sepertinya aku tak memiliki pesona untuk mampu menariknya."
Se Hun menoleh ke arah Bo Young yang sedang menyeruput kopinya. "Kalau begitu, kita memiliki nasib yang sama," jawabnya pasrah lalu mengajak gadis itu highfive.
"Kalau saja aku diberi kesempatan untuk bisa berubah menjadi pria yang sempurna, sehingga Yoon Ah bisa melihatku. Aku akan sangat bersyukur. Walau hanya sehari, aku akan tetap bahagia. Menatapnya dari kejahuan itu melelahkan."
"Tidak ada kata sempurna di dunia ini, Se Hun-ah!" seru Bo Young sambil menyenggol lengan pria jakung itu.
"Setidaknya, aku berubah dari tampilanku yang jelek seperti ini. Sehari saja, aku tak apa," ucapnya dengan nada memohon.
Bo Young yang melihatnya pun merasa terenyuh. Ia menarik wajah Se Hun yang lebih tinggi darinya dan menghadapkan kepada dirinya. Ia menatap sejenak wajah pria itu. Kemudian, melepaskan kaca mata bulat Sehun. "Apa yang kau lakukan?"
"Kau tak terlalu buruk."
"Apa maksudmu?" Se Hun mengernyit kepada gadis mungil itu.
"Ayo," Park Bo Young menarik tangan Sehun tanpa menunggu jawabannya dulu.
Gadis itu menarik tangannya sampai keruang kosong tempat menyimpan peralatan olahraga. Se Hun lantas tambah bingung dengan maksud gadis itu. Apa ia mau menyekapnya karena terlalu banyak omong? "Yak, Bo Young-ah. Ada apa?"
"Kau tunggu disini. Aku pergi sebentar." Gadis itu lalu berlari cepat dan meninggalkan Se Hun di ruang kosong itu.
Setelah penantian selama tiga puluh menit, akhirnya gadis itu datang dengan membawa dua buah tas kecil dikedua tangannya. "Lama sekali!"
"Maaf. Ada sesuatu yang harus kuambil," ucapnya seraya meletakkan tas itu disamping kursi tempat Se Hun duduk.
"Untuk apa ini?"
"Untuk menyihirmu," jawabnya singkat sambil membuka isi dari tas itu.
"Apa kau gila? Kau akan menyihirku menjadi apa? Menjadi kodok?" Sehun melempar pandangan kaget ke arah Bo Young, yang malah asyik dengan isi tas itu tanpa menatapnya sama sekali.
"Kau bilang, kau ingin menjadi pangeran sehari. Aku akan menyihirmu dari Pangeran Kodok menjadi Pangeran sesungguhnya." Bo Young lalu memberikan sebuah krim di rambutnya dan mengolesnya keseluruh bagian rambut.
"Sungguh?"
"Kau masih bertanya? Aku bahkan meminjam peralatan ini di salon sebelah. Kau masih bertanya kebenarannya. Dasar."
Seperti stylist professional Bo Young merombak gaya rambut Sehun. Ia memotong tipis bagian pinggir dan menyisir licin rambut depannya. Ia juga menambah gel untuk menjaga tatanan rambutnya.
Untuk wajah, ia tak perlu banyak perubahan. Kulitnya sudah putih seperti susu, hidungnya juga sudah mancung, hanya saja kaca mata bulatnya ini terlalu menanggu. Ia pun melepasnya dan menyuruh Se Hun untuk beralih memakai lensa mata hitam, yang telah ia siapkan. Sentuhan terakhir adalah parfum. Sebuah parfum yang ia ambil sembarangan dari salon, ia semprotkan ke tubuh Sehun. Dan inilah pangeran Sehun..
Sehun akhirnya berdiri dan bercerimin di sebuah cermin besar yang ada disana. Ia manganga ketika melihat pantulan orang yang ada di cermin tersebut. "Apakah kau pernah berlajar di Hogwarts bersama Harry Potter? Ini bukanlah diriku."
Bo Young hanya tersenyum geli, melihat tingkah Se Hun. Dirinya pun sebenarnya juga tak percaya dengan perubahan Se Hun. "Tidak. Sekarang kau telah menjadi pangeran Se Hun. Pangeran yang paling tampan diseluruh Korea Selatan."
"Bo Young-ah. Terimakasih, aku tak akan melupakan kebaikanmu." Se Hun langsung mendekapnya dalam pelukan sambil terus meloncat kegirangan.
Gadis itu tersenyum manis dalam pelukan pria yang sekarang menjadi sangat tampan itu, "Sama-sama. Kau juga memang sudah tampan sebelumnya."
***
Jika dulu tak ada yang mau memandang sama sekali, atau bahkan ia hanya dianggap sebagai manusia yang hanya pantas untuk dipandang sebelah mata. Tapi sekarang, seolah ada seorang pangeran tampan yang baru turun dari langit, hampir seluruh pasang mata di sekolahnya melempar pandangan kagum kepadanya. Bahkan, mungkin mereka tak tau kalau pangeran itu adalah orang yang dulu sering mereka hina.
Park Bo Young melingkarkan tangannya ke lengan Se Hun. Mereka berdua berjalan seolah sedang diatas awan. Mereka melempar senyum manis kepada semua siswa yang sedang memandang lelaki tampan disebelahnya itu. Bo Young merasa sangat senang bisa berjalan dengan Se Hun yang sangat tampan itu.
"Wah, siapa itu? dia tampan sekali. Apakah itu Se Hun jelek yang selalu bersama Bo Young?" tanya salah satu siswa kepada temannya yang ada disampingnya.
"Sepertinya bukan. Masak Se Hun yang dekil itu bisa berubah jadi tampan gitu? Dia lebih tampan daripada member boyband di televisi," jawabnya sambil meloncat girang.
Bo Young hanya tersenyum miring, ketika mendengar kalau ia tak percaya tentang siapa pangeran tampan ini. "Se Hun-ah, lihatlah mereka mengira kalau kau bukan Se Hun."
"Jangankan mereka. Aku pun juga tak percaya kalau ini diriku."
"Cih." Bo Young memukul lengan Se Hun ringan sambil terus tersenyum kepadanya.
"Eih.. eih.. itu ada Yoon Ah," ucap Se Hun sambil menunjuk gadis yang sedang berjalan kearahnya itu dan melepaskan tangan Bo Young yang melingkar di lengannya.
Bo Young tertegun ketika lelaki itu melepaskan tangannya dan beralih menatap gadis cantik yang memang ia kagumi itu.
Perlahan, langkah Yoon Ah semakin dekat kepadanya. Se Hun pun tak mengalihkan pandangan sedikit pun dari gadis cantik itu sambil tersenyum sangat manis. Sedetik gadis itu juga melempar pandangan kepadanya, yang membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Tapi, gadis itu lagi-lagi mengalihkan pandangan ke arah lain lagi.
"Yoon Ah-yah," panggil Se Hun yang mendekat kearah gadis itu dan meninggalkan Bo Young sendirian.
Yoon Ah mengerjap melihat lelaki tampan yang memanggilnya itu. Sebelumnya, ia belum pernah melihat lelaki ini di sekolah. "Yah. Kau memanggilku?"
"Nde." Se Hun mengangguk riang. "Kenalkan aku Se Hun," ia menjulurkan tangan kearah Yoon Ah.
"Se Hun?" Yoon Ah mengedipkan mata berkali-kali. Mungkin ia tak percaya kalau pria ini adalah Se Hun, siswa yang terkenal dengan kedekilannya. Ia lalu menjabat tangan Se Hun. "Nde. Senang bertemu denganmu."
Terpancar sekali raut bahagia di wajah Se Hun. "Aku juga. Senang bertemu dengan gadis cantik sepertimu."
Mereka saling melempar pandang dan tersenyum malu-malu. Tanpa tahu, jika ada orang yang juga tersenyum dibelakang. Satu-satunya orang yang selalu tersenyum ketika melihat temannya, Se Hun, bahagia dalam keadaan apapun dan dengan siapapun.
***
Cinta? Park Bo Young tak mengenal hal itu. Ia tak pernah mengerti dengan sepatah kata itu. Yang ia tau, hanyalah kebahagiaan. Kebahagiaan yang tercipta jika orang yang kita sayang sedang bahagia. Hanya itu dan sesingkat itu.
Jika bicara mengenai cinta. Apalah dirinya, jika mengenai hal itu. Gadis bertubuh mungil yang saat ini telah menjalani kehidupan di sekolah dengan kesendirian. Tak ada lagi teman yang biasanya ada disisinya. Ia telah pergi bersama kebahagiaan yang ia inginkan.
Marah? Tidak. Ia sama sekali tak marah. Karena apa? Inilah sebuah pengorbanan dalam cinta. Cinta tak harus memaksa, cinta adalah kebahagiaan. Cinta adalah senyuman yang tak pernah pudar dari orang yang kita cinta. Walau kadang, pengorbanan itu cukup menyakitkan.
Sudah seminggu ini, ia tak lagi bertemu Se Hun. Mereka seolah sudah dipisahkan oleh samudera yang sangat luas, yang sulit ia seberangi. Ia hanya bisa memandang lelaki berkulit putih itu dari kejahuan. Memandang senyumnya yang tak pernah pudar, sejak ia bersama Yoon Ah. Memandang lelaki itu, yang saat ini sulit ia gapai. Dari kejahuan dan kadang sangat jauh, sampai Se Hun tak merasa kalau ia masih selalu menatapnya.
Kadang ia juga ingin sekedar menyapa pria bermarga Oh itu. Tapi, lagi-lagi ia sangat kesulitan. Lelaki itu telah bersama dengan teman yang sepadan dengan dirinya. Bukan seperti dirinya yang biasa. Kadang ia juga rindu dengan kebersamaannya bersama lelaki itu. Rindu akan tatapan tajamnya, rindu akan senyum manisnya, rindu akan suara lelaki itu, rindu akan segalanya yang mengenai lelaki itu. Akankah kau akan memandangku lagi, Se Hun-ah?
***
Se Hun sadar, kalau ia sudah jarang menemui Park Bo Young. Ia merasa bersalah, karena tak pernah menyapa gadis itu. Sebenarnya, ia rindu dengan senyuman gadis itu. Tapi, sejak ia berpacaran dengan Yoon Ah. Ia sulit untuk bisa menemui gadis itu. Ia malah sering bergaul dengan teman-teman kekasihnya itu.
Ia sengaja berdiri didepan gerbang sekolah untuk menunggu gadis itu pulang. Se Hun melipat tangannya sambil melihat satu persatu siswa keluar dari kelas. Sesekali ia juga mengedarkan pandangan, mencari gadis itu. Gadis itu bertubuh mungil, jadi ia mungkin terselip diantara kermunan para siswa. Ha..ha..
Se Hun tersenyum ketika matanya telah menmukan sosok gadis yang rambutnya dikucir tinggi, yang barusaja keluar dari kelasnya. Gadis itu selalu saja memasang raut datar, mungkin itu adalah salah satu alasan kalau gadis itu sulit menemukan pacar. Padahal, kalau dilihat gadis itu cukup manis. Se Hun berjalan mendekat kearah Bo Young dan langsung memegang tangannya.
Bo Young yang sibuk melihat jalan, sontak kaget bukan main. Ia sampai terjingkat karena ada yang menggenggam tangannya tiba-tiba. Ia pun menoleh dan melihat lelaki tampan yang sedang tersenyum kepadanya. "Se Hun-ah." Senyum Bo Young langsung mengembang.
"Hai."
"Kau kenapa ada disini?"
"Kita pulang bersama, yuk," ajak Se hun yang masih menggenggam tangannya erat.
"Yoon Ah?"
"Dia ada acara dengan teman-temannya. Apakah kau tak merindukanku setelah lama tak melihatku?"
Bo Young mengangguk, "Nde."
Seperti melihat pelangi yang sudah lama tak muncul setelah mendung yang berlangsung sangat lama. Mata gadis itu sangat berbinar. Hatinya tak karuan saking bahagianya. Kalau boleh, ia ingin menjerit karena saking bahagianya. Harapannya untuk masih bisa bertemu lelaki ini lagi akhirnya terkabul.
Sepanjang perjalanan pulang mereka terus mengobrol sambil terus berpegangan tangan. Di jalan, di halte, di bus, tak ada bahasan yang habis untuk dibicarakan. Semuanya mengalir begitu saja. Kesempatan ini juga tak Bo Young sia-siakan untuk masih bertatap muka dengan lelaki tampan ini. Mungkin bisa saja, setelah ini ia malah lebih jauh dan tidak bisa berbincang dengan pria ini lagi.
Seperti ucapannya tadi, Se Hun mengantarkannya hingga sampai ke depan rumahnya. Se Hun melepaskan genggamannya setelah sampai di rumah Bo Young.
"Terimakasih, kau telah mengantarku."
"Eoh," ucap Se Hun mengangguk. "Aku senang bisa berbicara denganmu lagi. Aku merindukanmu."
Kalimat terakhir Se Hun membuat degupnya semakin cepat. Aku juga Se Hun. Aku lebih merindukanmu. "Kalau begitu aku masu dulu, ya."
Saat Bo Young akan berbalik badan, Se Hun tiba-tiba memanggilnya lagi. "Eits, tunggu dulu. Nanti malam kamu ada waktu, nggak?"
"Eoh." Bo Young mengangguk cepat. "Ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu ke taman hiburan malam nanti. Kau mau?"
"Tentu." Bo Young tersenyum lebar.
"Baiklah, kalau begitu. Aku akan menjemputmu."
"Tidak, tidak usah. Kau tunggu saja disana, aku akan berangkat sendiri. Jam tujuh, okay?"
"Terserah kau. Kalau begitu sampai jumpa nanti." Se Hun melambaikan tangan seraya pergi meninggalkan Bo Young yang masih tersenyum bahagia.
Aku mau pakai baju apa, ya? Aku tak boleh terlihat memalukan saat berjalan dengan Se Hun. Gumamnya seraya masuk ke dalam rumahnya.
***
Ia memandang langit malam yang terlihat hitam pekat. Tak ada rembulan atau bintang malam ini. Tapi, itu bukanlah alasan senyumnya akan lenyap dari bibir manisnya. Ia tetap menganggap kalau malam ini begitu bersinar. Karena bintang yang sesungguhnya akan segera datang menghampirinya.
Gadis yang memakai gaun bermotif bunga selutut itu telah berdiri didepan taman hiburan sejak setengah jam yang lalu. Malam ini ia terlihat sangat cantik dari biasanya. Sekali lagi, ia tak akan berpenampilan memalukan didepan pria tampan itu. Sesekali ia juga bercermin untuk memastikan penampilannya sudah perfect.
Tak perduli, angin malam ini dingin. Bo Young masih menunggu sambil mendekap tubunya dengan tangan. Kakinya ia hentakkan kecil, untuk menahan dinginnya cuaca malam ini. Satu jam telah berlalu, saat ini jarum jam telah menunjukkan pukul delapan. Tapi, entahlah kenapa pria itu tak kunjung datang? Bo Young telah menelponnya berkali-kali, tapi selalu saja tak aktif. Ia malah takut kalau terjadi apa-apa dengan pria itu.
Seolah tak kenal dengan kata lelah, gadis bermata bulat itu tetap berdiri disana. Semakin malam, taman hiburan tak semakin sepi. Semakin malam, malah banyak pasangan yang pergi kesitu untuk sekedar jalan-jalan, atau memang berkencan. Mereka datang dengan senyum yang terpancar diwajah mereka.
Berbeda dengan Bo Young yang hanya sendiri disana. Sudah hampir dua jam, kaki kecilnya telah menopang tubuhnya untuk berdiri disitu. Sama sekali ia tak melihat Se Hun sedang berjalan diantara kerumunan pengunjung. Padahal, matanya selalu siaga untuk terus mengedarkan pandangan. Tapi, hasilnya nihil.
Tiba-tiba ponsel yang ada digenggamannya bergetar dan membuatnya mengalihkan pandangan ke benda kecil itu. Terlihat nama Se Hun tertera pada layar ponsel itu. Sebuah pesan singkat telah masuk dari Se Hun.
From : Se Hun
Bo Young-ah. Maafkan aku. Aku tak bisa menepati janjiku. Tadi, aku mendapat telepon dari Yoon Ah untuk menjemputnya di sekolah, karena ia sendirian disana. Setelahnya, ponselku mati dan aku tak tau kalau kau menelponku. Aku baru men-charge-nya di rumah setelah aku sampai di rumah. Maaf. Aku memilih menjemput Yoon Ah, karena ia sendirian katanya. Aku akan menemui besok di sekolah.
Tak terasa pelupuk mata Bo Young telah basah. Air matanya perlahan jatuh dan membasahi pipinya. Memang benar Se Hun, kau memilih Yoon Ah. Dia kekasihmu. Kau tak seharusnya memilihku, yang memang bukan siapa-siapa. Akulah yang bodoh, karena menaruh harapan kepadamu. Aku berharap kau akan melihatku lagi dan kembali seperti dulu. Seharusnya, aku lebih tau diri tentang garis yang memisahkan kita sekarang. Aku seharusnya tak berharap lebih padamu lagi.
To : Se Hun
Tak apa, Se Hun-ah. Lagi pula aku tak pergi. Udara malam ini cukup dingin. Kau tau kan kalau aku tak suka dingin. Aku jadi malas untuk pergi dan memilih tidur di rumah. Aku baru saja bangun, setelah membaca pesan darimu. Oh ya, sepertinya aku akan sibuk akhir-akhir ini. Maaf, aku tak bisa menemuimu besok. Aku sangat sibuk dan mungkin tak bisa menemuimu dalam waktu yang lama. Maaf.
Send...
Jarinya melemas ketika menekan tombol send pada layar ponselnya. Ia semakin terisak ketika harus berbohong kepada Se Hun. Tapi, mungkin ini yang terbaik untuk sekarang. Ia tak akan menemui ia lagi, dan ia akan lebih sadar dengan samudera yang memisakan mereka. Yang sampai kapanpun ia tak akan bisa melewatinya.
***
Kenapa ia merasa kalau gadis itu menjahuinya? Ia tak pernah lagi mengangkat teleponnya atau sekedar membalas pesannya. Apakah Bo Young sesibuk itu? Sehingga tak ingin menemuinya.
"Sayang, kau kenapa?" ucap gadis disampingnya yang membuyarkan lamunannya.
"Eoh.. tidak. Aku hanya sedikit pusing saja."
"Kau sakit?" gadis yang tak lain adalah Yoon Ah, menyentuh keningnya. "Tak panas."
"Aku tak apa. Mungkin saja karena aku belum makan."
"Kalau begitu ayo kita makan." Yoon Ah tersenyum, lalu menariknya untuk pergi ke restoran didekat situ.
Dulu, ia selalu pulang bersama Bo Young dan sebelum pulang, ia selalu mengajaknya untuk menyantap bekal yang sudah dipersiapkan gadis itu bersama. Sambil berbincang soal orang yang mereka cintai, mereka menyantap bekal tersebut bersama. Se Hun membicarakan Yoon Ah dan Bo Young membicaran pria misterius yan ia sukai. Namun sekarang, bak sebuah mimpi. Ia mampu pulang bersama dengan gadis yang ia sukai sejak lama. Tapi, kenapa ia malah merasa kurang nyaman dan kurang lepas jika bersama gadis itu? Apakah cinta ini membuatnya canggung?
Yoon Ah menghentikan langkahnya dan melepaskan genggaman tangannya. ia mengerjap pada lelaki yang berjalan menghampirinya. Tersirat ketakutan pada mata Yoon Ah saat ini.
"Yoon Ah dear," ucap lelaki itu yang tersenyum miring kepada Yoon Ah.
"Kau siapa?" ucap Se Hun yang membuat lelaki itu mengalihkan pandangan kepada lelaki yang ada disamping Yoon Ah.
"Yoon Ah-yah, ini siapa?" ucap lelaki itu yang malah bertanya kepada Yoon Ah.
Gadis itu tak menjawab dan hanya bingung menatap bergantian dua lelaki itu.
"Kau sendiri siapa?" tanya Se Hun dengan nada tinggi.
"Aku pacarnya."
Se Hun membuka matanya lebar ketika mendengar ucapan lelaki itu. "Apa kau gila? Yoon Ah itu pacarku!"
"Apa? Kau yang gila, aku pacar Yoon Ah sejak lama. Kau ini yang siapa? Yoon Ah katakanlah." Lelaki itu menggoyangkan lengan Yoon Ah agar ia mau bicara.
"Yoon Ah-yah, apa benar?"
Gadis itu menghembuskan nafas panjang, "Maaf Se Hun-ah." Hanya itu yang ia ucapkan sebelum berlari pergi meninggalkan dua lelaki itu.
Se Hun masih tertegun menyadari pernyataan Yoon Ah barusan. Apa maksudnya barusan? Jadi, pria ini..
"Sekarang kau tau kan. Dasar." Lelaki itu melayangkan tinjuan ke wajah Se Hun dan membuat badannya terhuyung ke tanah.
Se Hun menyentuh bibirnya yang perih dan melihat darah di jarinya. Ia pun berdiri dan meninju balik lelaki itu. Tapi, lelaki itu mungkin sangat kuat sehingga ia malah kena pukulan lagi dan lagi. Ia tak bisa membalas dan membiarkan tubuhnya terus dipukuli. Ia terus merintih, tetapi lelaki itu terus memukulinya.
"Se Hun-ah," teriak seseorang yang membuat lelaki itu menghentikan pukulannya dan pergi begitu saja.
"Se Hun-ah, kau kenapa?" Se Hun mendongak dan melihat seraut wajah yang sangat ia kenali betul sedang mengangkat kepalanya. "Kau berdarah." Gadis itu mengusap darah karena pukulan lelaki itu tadi.
Se Hun malah tersenyum. Entah, kenapa ia merasa senang ketika gadis ini khawatir tentangnya. "Aku tak apa, Bo Young-ah."
"Jangan tersenyum. kau sedang terluka." Gadis itu membantu Se Hun berdiri. "Ayo, ikut aku."
Park Bo Young membawa Se Hun kerumahnya, karena rumahnya lah yang cukup dekat dari situ. Ia membaringkan tubuh Se Hun ke kasur di kamarnya. Setelahnya, ia langsung berlari keluar dan kembali dengan membawa kotak P3K.
Ia membersihkan luka Se Hun dan mengobatinya. Tangan halusnya sangat telaten mengobati lukanya. "Setelah ini kau tidurlah. Tak perlu bicara apa-apa dulu. Aku akan menelpon ibumu dan mengatakan kalau kau ada disini."
Sikap cerewet gadis itu tiba-tiba muncul lagi. Se Hun lagi-lagi tersenyum melihatnya.
"Sudah kubilang jangan tersenyum!" seru Bo Young dengan muka datar. Lalu, menyelimuti tubuh Sehun. "Aku pergi dulu. Kau istiratlah. Panggil aku jika butuh sesuatu." Gadis itu pergi meninggakan Se Hun dikamarnya setelah mengusap lembut puncak rambut Se Hun.
Sekali lagi, ia selalu menjadi orang satu-satunya yang ada saat ia terluka. Ia menjadi orang yang pertama mengusap lukanya saat ia sakit. Ucapan cerewtnya lah yang selalu ia dengar pertama kali disaat seperti ini. Senyumnya lah yang seolah menjadi obat saat ia seperti ini. Park Bo Young, adalah satu-satunya yang seperti itu baginya.
***
Matanya mengerjap ketika cahaya lampu menyilaukan matanya saat ia membuka mata. Lehernya masih kaku untuk digerakkan, namun ia tetap menoleh kearah jendela kamar itu dan melihat kalau langit telah berubah menjadi gelap. Ini sudah malam.
Se Hun mencoba bangkit, atau setidaknya membiarkan tubuhnya untuk duduk bersandar. Ternyata ia sudah disini sampai larut malam. Disini, di rumah gadis yang menolongnya tadi.
"Kau sudah bagun?" ucap seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat segelas susu.
"Eoh." Se Hun mengangguk.
Gadis itu lantas duduk disamping Se Hun dan memberikan susu tersebut kepadanya. "Minumlah."
Se Hun menuruti kemauan gadis itu dan meminum susu tersebut sampai habis. "Terimaksih," Se Hun meletakkan gelas kosong itu diatas meja yang ada disampingnya itu.
"Kau kenapa?" tanya Bo Young sambil mengusap sisa susu yang ada dimulut Se Hun.
"Aku.. aku putus dengan Yoon Ah. Yoon Ah ternyata memiliki kekasih lain. Dan orang itu tadi adalah pacar Yoon Ah."
"Apa?" Bo Young melebarkan matanya sambil menatap Se Hun. "Bisa-bisanya dia melakukan hal itu."
"Entahlah. Mungkin memang tak ada orang yang mencintaiku dengan tulus. Cinta untukku benar-benar tak ada." Se Hun menundukkan kepala seraya menitihkan air mata.
Bo Young kemudian menarik tubuh Se Hun dan mendekapnya dalam pelukan hangat. "Anio. Kau salah. Masih ada satu."
"Hah?" Se Hun melepaskan pelukannya dan beralih menatap gadis itu. "Apa maksudmu?"
"Aku mencintaimu dengan tulus, jauh sebelum kau menjadi seperti ini," ucap Bo Young yang membuat Se Hun tak berkedip sama sekali.
"Lalu lelaki yang kau suka itu?"
"Dirimu. Dialah Oh Se Hun," jawabnya seraya melahirkan senyuman cantik dari bibir manisnya.
"Bo Young-ah.."
"Tak apa jika kau tak mencintaiku. Kau tak perlu membalasnya. Mencintaimu saja sudah menjadi keberuntungan terbaikku." Bo Young menggenggam tangan Se Hun. "Aku mencintaimu seperti aku bernafas. Aku tak pernah menyesal akan cintaku. Walau suatu saat diriku pun akan mati jika nafas itu berhenti."
"Bo Young-ah. Apa masih terlambat aku untuk mencintaimu?"
"Apa maksudmu?" Bo Young mengernyitkan dahi.
"Hanya kau satu-satunya orang yang selalu mendekapku disaat senang, sedih atau duka. Dan apa kau pikir aku akan bertahan jika suatu saat nanti kau akan melepaskan dekapanmu?"
"Se Hun-ah..."
"Cintaku mungkin tak sebesar rasa cintaku padamu. Tapi, kau tau aku butuh cintamu yang besar itu. Jadi, aku ingin mencintaimu seperti kau mencintai diriku."
"Aku tak butuh cintamu yang sebesar gunung. Aku tak butuh kasih sayangmu yang seluas samudera. Aku hanya butuh setitik cintamu, walau hanya seperti setetes air."
"Terimakasih, Bo Young-ah. Telah menjadikanku the One and Only." Se Hun memeluk Bo Young dengan erat sambil terisak bahagia, karena cinta yang sesungguhnya telah ada dalam pelukannya sekarang.
***

PANTAU TERUS BLOG AKU UNTUK BACA SERI SELANJUTNYA DAN KOMEN UNTUK SARAN.

WE ARE ONE, WE ARE EXO-L