Rabu, 10 Januari 2018

EXACT LOVE STORY (9 FF ONESHOOT FROM 9 MEMBER)

One and Only [Sehun]


Anyeong...
Kembali lagi ke FF kedua ku lanjutan dari postingan sebelumnya yeay...
Kalau kalian kelewatan baca yang seri sebelumnya, bisa dilihat di https://sharecurahanremaja.blogspot.co.id/2018/01/exact-love-story-9-ff-oneshoot-from-9.html

SELAMAT MEMBACA

***
Main Chast : Sehun EXO, PARK BO YOUNG
Genre : School Romance
Dari sini aku dapat melihat wajah cantikmu? Dari sini aku bisa melihat senyum dan tawamu? Dari sini aku bisa merasakan udara segar yang aku hirup bersama cintaku yang terus mengalir indah setiap hari untukmu? Disinilah awal cinta ini tumbuh untukmu.
Gumam lelaki berkacamata bulat yang rambutnya di sisir licin ke samping itu ketika melihat wanita cantik yang ia lihat dari atas blangkon sekolahnya. Lelaki yang sama sekali tak menarik, dengan penampilannya yang super cupu dan bisa dikatakan sangat jelek. Lelaki itu berharap agar cintanya akan terbalas oleh wanita cantik bernama Kim Yoon Ah itu. Lelaki yang notabenya pasti tak akan dilirik oleh seluruh wanita di sekolahnya itu.
Siapa yang ingin mendekati lelaki bermarga Oh, yang tak memiliki kesempurnaan apapun itu. Tidak dalam visual, olahraga, maupun pelajaran, apa yang perlu dibanggakan dari lelaki seperti itu? Tidak ada. Hanya ada satu, sahabatnya yang bernama Park Bo Young, yang sedang berjalan menuju kearahnya sambil membawa dua gelas kopi favoritnya itu yang selalu ada disampingnya.
Hanya dia satu-satunya wanita yang sudi untuk mendekati dirinya. Tanpa rasa malu, atau sebal dengan banyak ejekan yang dilontarkan kepada wanita bertubuh mungil itu saat sedang berjalan dengannya. Padahal, ia sering menegur Bo Young agar tak usah lagi mendekatinya. Ia tak mau gadis itu terkena imbasnya, karena berteman dengan pria jelek macam dirinya.
Tapi, bukanlah Park Bo Young jika ia ampuh dengan berbagai ejekan. Wanita yang memiliki senyum sangat imut itu, tak pernah sekalipun malu. Ia malah sering mencibir balik siswa lain yang mengejek dirinya dan temannya. Ia beruntung memiliki teman seperti Bo Young.
"Ini," gadis itu memberikan segelas kopi untuknya.
"Makasih."
"Kau sedang menatapnya, Sehun-ah?"
"Seperti yang kau lihat. Dia selalu tampak mempesona, apalagi dilihat dari sini." Sehun terus melempar pandangan kepada Yoon Ah yang sedang berjalan bersama teman-temannya. Sekalipun ia tak pernah merasa bosan untuk melihat wanita cantik itu.
"Cih. Terserah kau."
"Bagaimana dengan pria yang kau sukai itu?" tanyanya tanpa menoleh kearah Bo Young.
"Tak ada perkembangan, masih seperti dulu. Sepertinya aku tak memiliki pesona untuk mampu menariknya."
Se Hun menoleh ke arah Bo Young yang sedang menyeruput kopinya. "Kalau begitu, kita memiliki nasib yang sama," jawabnya pasrah lalu mengajak gadis itu highfive.
"Kalau saja aku diberi kesempatan untuk bisa berubah menjadi pria yang sempurna, sehingga Yoon Ah bisa melihatku. Aku akan sangat bersyukur. Walau hanya sehari, aku akan tetap bahagia. Menatapnya dari kejahuan itu melelahkan."
"Tidak ada kata sempurna di dunia ini, Se Hun-ah!" seru Bo Young sambil menyenggol lengan pria jakung itu.
"Setidaknya, aku berubah dari tampilanku yang jelek seperti ini. Sehari saja, aku tak apa," ucapnya dengan nada memohon.
Bo Young yang melihatnya pun merasa terenyuh. Ia menarik wajah Se Hun yang lebih tinggi darinya dan menghadapkan kepada dirinya. Ia menatap sejenak wajah pria itu. Kemudian, melepaskan kaca mata bulat Sehun. "Apa yang kau lakukan?"
"Kau tak terlalu buruk."
"Apa maksudmu?" Se Hun mengernyit kepada gadis mungil itu.
"Ayo," Park Bo Young menarik tangan Sehun tanpa menunggu jawabannya dulu.
Gadis itu menarik tangannya sampai keruang kosong tempat menyimpan peralatan olahraga. Se Hun lantas tambah bingung dengan maksud gadis itu. Apa ia mau menyekapnya karena terlalu banyak omong? "Yak, Bo Young-ah. Ada apa?"
"Kau tunggu disini. Aku pergi sebentar." Gadis itu lalu berlari cepat dan meninggalkan Se Hun di ruang kosong itu.
Setelah penantian selama tiga puluh menit, akhirnya gadis itu datang dengan membawa dua buah tas kecil dikedua tangannya. "Lama sekali!"
"Maaf. Ada sesuatu yang harus kuambil," ucapnya seraya meletakkan tas itu disamping kursi tempat Se Hun duduk.
"Untuk apa ini?"
"Untuk menyihirmu," jawabnya singkat sambil membuka isi dari tas itu.
"Apa kau gila? Kau akan menyihirku menjadi apa? Menjadi kodok?" Sehun melempar pandangan kaget ke arah Bo Young, yang malah asyik dengan isi tas itu tanpa menatapnya sama sekali.
"Kau bilang, kau ingin menjadi pangeran sehari. Aku akan menyihirmu dari Pangeran Kodok menjadi Pangeran sesungguhnya." Bo Young lalu memberikan sebuah krim di rambutnya dan mengolesnya keseluruh bagian rambut.
"Sungguh?"
"Kau masih bertanya? Aku bahkan meminjam peralatan ini di salon sebelah. Kau masih bertanya kebenarannya. Dasar."
Seperti stylist professional Bo Young merombak gaya rambut Sehun. Ia memotong tipis bagian pinggir dan menyisir licin rambut depannya. Ia juga menambah gel untuk menjaga tatanan rambutnya.
Untuk wajah, ia tak perlu banyak perubahan. Kulitnya sudah putih seperti susu, hidungnya juga sudah mancung, hanya saja kaca mata bulatnya ini terlalu menanggu. Ia pun melepasnya dan menyuruh Se Hun untuk beralih memakai lensa mata hitam, yang telah ia siapkan. Sentuhan terakhir adalah parfum. Sebuah parfum yang ia ambil sembarangan dari salon, ia semprotkan ke tubuh Sehun. Dan inilah pangeran Sehun..
Sehun akhirnya berdiri dan bercerimin di sebuah cermin besar yang ada disana. Ia manganga ketika melihat pantulan orang yang ada di cermin tersebut. "Apakah kau pernah berlajar di Hogwarts bersama Harry Potter? Ini bukanlah diriku."
Bo Young hanya tersenyum geli, melihat tingkah Se Hun. Dirinya pun sebenarnya juga tak percaya dengan perubahan Se Hun. "Tidak. Sekarang kau telah menjadi pangeran Se Hun. Pangeran yang paling tampan diseluruh Korea Selatan."
"Bo Young-ah. Terimakasih, aku tak akan melupakan kebaikanmu." Se Hun langsung mendekapnya dalam pelukan sambil terus meloncat kegirangan.
Gadis itu tersenyum manis dalam pelukan pria yang sekarang menjadi sangat tampan itu, "Sama-sama. Kau juga memang sudah tampan sebelumnya."
***
Jika dulu tak ada yang mau memandang sama sekali, atau bahkan ia hanya dianggap sebagai manusia yang hanya pantas untuk dipandang sebelah mata. Tapi sekarang, seolah ada seorang pangeran tampan yang baru turun dari langit, hampir seluruh pasang mata di sekolahnya melempar pandangan kagum kepadanya. Bahkan, mungkin mereka tak tau kalau pangeran itu adalah orang yang dulu sering mereka hina.
Park Bo Young melingkarkan tangannya ke lengan Se Hun. Mereka berdua berjalan seolah sedang diatas awan. Mereka melempar senyum manis kepada semua siswa yang sedang memandang lelaki tampan disebelahnya itu. Bo Young merasa sangat senang bisa berjalan dengan Se Hun yang sangat tampan itu.
"Wah, siapa itu? dia tampan sekali. Apakah itu Se Hun jelek yang selalu bersama Bo Young?" tanya salah satu siswa kepada temannya yang ada disampingnya.
"Sepertinya bukan. Masak Se Hun yang dekil itu bisa berubah jadi tampan gitu? Dia lebih tampan daripada member boyband di televisi," jawabnya sambil meloncat girang.
Bo Young hanya tersenyum miring, ketika mendengar kalau ia tak percaya tentang siapa pangeran tampan ini. "Se Hun-ah, lihatlah mereka mengira kalau kau bukan Se Hun."
"Jangankan mereka. Aku pun juga tak percaya kalau ini diriku."
"Cih." Bo Young memukul lengan Se Hun ringan sambil terus tersenyum kepadanya.
"Eih.. eih.. itu ada Yoon Ah," ucap Se Hun sambil menunjuk gadis yang sedang berjalan kearahnya itu dan melepaskan tangan Bo Young yang melingkar di lengannya.
Bo Young tertegun ketika lelaki itu melepaskan tangannya dan beralih menatap gadis cantik yang memang ia kagumi itu.
Perlahan, langkah Yoon Ah semakin dekat kepadanya. Se Hun pun tak mengalihkan pandangan sedikit pun dari gadis cantik itu sambil tersenyum sangat manis. Sedetik gadis itu juga melempar pandangan kepadanya, yang membuat jantungnya berdegup dua kali lebih cepat. Tapi, gadis itu lagi-lagi mengalihkan pandangan ke arah lain lagi.
"Yoon Ah-yah," panggil Se Hun yang mendekat kearah gadis itu dan meninggalkan Bo Young sendirian.
Yoon Ah mengerjap melihat lelaki tampan yang memanggilnya itu. Sebelumnya, ia belum pernah melihat lelaki ini di sekolah. "Yah. Kau memanggilku?"
"Nde." Se Hun mengangguk riang. "Kenalkan aku Se Hun," ia menjulurkan tangan kearah Yoon Ah.
"Se Hun?" Yoon Ah mengedipkan mata berkali-kali. Mungkin ia tak percaya kalau pria ini adalah Se Hun, siswa yang terkenal dengan kedekilannya. Ia lalu menjabat tangan Se Hun. "Nde. Senang bertemu denganmu."
Terpancar sekali raut bahagia di wajah Se Hun. "Aku juga. Senang bertemu dengan gadis cantik sepertimu."
Mereka saling melempar pandang dan tersenyum malu-malu. Tanpa tahu, jika ada orang yang juga tersenyum dibelakang. Satu-satunya orang yang selalu tersenyum ketika melihat temannya, Se Hun, bahagia dalam keadaan apapun dan dengan siapapun.
***
Cinta? Park Bo Young tak mengenal hal itu. Ia tak pernah mengerti dengan sepatah kata itu. Yang ia tau, hanyalah kebahagiaan. Kebahagiaan yang tercipta jika orang yang kita sayang sedang bahagia. Hanya itu dan sesingkat itu.
Jika bicara mengenai cinta. Apalah dirinya, jika mengenai hal itu. Gadis bertubuh mungil yang saat ini telah menjalani kehidupan di sekolah dengan kesendirian. Tak ada lagi teman yang biasanya ada disisinya. Ia telah pergi bersama kebahagiaan yang ia inginkan.
Marah? Tidak. Ia sama sekali tak marah. Karena apa? Inilah sebuah pengorbanan dalam cinta. Cinta tak harus memaksa, cinta adalah kebahagiaan. Cinta adalah senyuman yang tak pernah pudar dari orang yang kita cinta. Walau kadang, pengorbanan itu cukup menyakitkan.
Sudah seminggu ini, ia tak lagi bertemu Se Hun. Mereka seolah sudah dipisahkan oleh samudera yang sangat luas, yang sulit ia seberangi. Ia hanya bisa memandang lelaki berkulit putih itu dari kejahuan. Memandang senyumnya yang tak pernah pudar, sejak ia bersama Yoon Ah. Memandang lelaki itu, yang saat ini sulit ia gapai. Dari kejahuan dan kadang sangat jauh, sampai Se Hun tak merasa kalau ia masih selalu menatapnya.
Kadang ia juga ingin sekedar menyapa pria bermarga Oh itu. Tapi, lagi-lagi ia sangat kesulitan. Lelaki itu telah bersama dengan teman yang sepadan dengan dirinya. Bukan seperti dirinya yang biasa. Kadang ia juga rindu dengan kebersamaannya bersama lelaki itu. Rindu akan tatapan tajamnya, rindu akan senyum manisnya, rindu akan suara lelaki itu, rindu akan segalanya yang mengenai lelaki itu. Akankah kau akan memandangku lagi, Se Hun-ah?
***
Se Hun sadar, kalau ia sudah jarang menemui Park Bo Young. Ia merasa bersalah, karena tak pernah menyapa gadis itu. Sebenarnya, ia rindu dengan senyuman gadis itu. Tapi, sejak ia berpacaran dengan Yoon Ah. Ia sulit untuk bisa menemui gadis itu. Ia malah sering bergaul dengan teman-teman kekasihnya itu.
Ia sengaja berdiri didepan gerbang sekolah untuk menunggu gadis itu pulang. Se Hun melipat tangannya sambil melihat satu persatu siswa keluar dari kelas. Sesekali ia juga mengedarkan pandangan, mencari gadis itu. Gadis itu bertubuh mungil, jadi ia mungkin terselip diantara kermunan para siswa. Ha..ha..
Se Hun tersenyum ketika matanya telah menmukan sosok gadis yang rambutnya dikucir tinggi, yang barusaja keluar dari kelasnya. Gadis itu selalu saja memasang raut datar, mungkin itu adalah salah satu alasan kalau gadis itu sulit menemukan pacar. Padahal, kalau dilihat gadis itu cukup manis. Se Hun berjalan mendekat kearah Bo Young dan langsung memegang tangannya.
Bo Young yang sibuk melihat jalan, sontak kaget bukan main. Ia sampai terjingkat karena ada yang menggenggam tangannya tiba-tiba. Ia pun menoleh dan melihat lelaki tampan yang sedang tersenyum kepadanya. "Se Hun-ah." Senyum Bo Young langsung mengembang.
"Hai."
"Kau kenapa ada disini?"
"Kita pulang bersama, yuk," ajak Se hun yang masih menggenggam tangannya erat.
"Yoon Ah?"
"Dia ada acara dengan teman-temannya. Apakah kau tak merindukanku setelah lama tak melihatku?"
Bo Young mengangguk, "Nde."
Seperti melihat pelangi yang sudah lama tak muncul setelah mendung yang berlangsung sangat lama. Mata gadis itu sangat berbinar. Hatinya tak karuan saking bahagianya. Kalau boleh, ia ingin menjerit karena saking bahagianya. Harapannya untuk masih bisa bertemu lelaki ini lagi akhirnya terkabul.
Sepanjang perjalanan pulang mereka terus mengobrol sambil terus berpegangan tangan. Di jalan, di halte, di bus, tak ada bahasan yang habis untuk dibicarakan. Semuanya mengalir begitu saja. Kesempatan ini juga tak Bo Young sia-siakan untuk masih bertatap muka dengan lelaki tampan ini. Mungkin bisa saja, setelah ini ia malah lebih jauh dan tidak bisa berbincang dengan pria ini lagi.
Seperti ucapannya tadi, Se Hun mengantarkannya hingga sampai ke depan rumahnya. Se Hun melepaskan genggamannya setelah sampai di rumah Bo Young.
"Terimakasih, kau telah mengantarku."
"Eoh," ucap Se Hun mengangguk. "Aku senang bisa berbicara denganmu lagi. Aku merindukanmu."
Kalimat terakhir Se Hun membuat degupnya semakin cepat. Aku juga Se Hun. Aku lebih merindukanmu. "Kalau begitu aku masu dulu, ya."
Saat Bo Young akan berbalik badan, Se Hun tiba-tiba memanggilnya lagi. "Eits, tunggu dulu. Nanti malam kamu ada waktu, nggak?"
"Eoh." Bo Young mengangguk cepat. "Ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu ke taman hiburan malam nanti. Kau mau?"
"Tentu." Bo Young tersenyum lebar.
"Baiklah, kalau begitu. Aku akan menjemputmu."
"Tidak, tidak usah. Kau tunggu saja disana, aku akan berangkat sendiri. Jam tujuh, okay?"
"Terserah kau. Kalau begitu sampai jumpa nanti." Se Hun melambaikan tangan seraya pergi meninggalkan Bo Young yang masih tersenyum bahagia.
Aku mau pakai baju apa, ya? Aku tak boleh terlihat memalukan saat berjalan dengan Se Hun. Gumamnya seraya masuk ke dalam rumahnya.
***
Ia memandang langit malam yang terlihat hitam pekat. Tak ada rembulan atau bintang malam ini. Tapi, itu bukanlah alasan senyumnya akan lenyap dari bibir manisnya. Ia tetap menganggap kalau malam ini begitu bersinar. Karena bintang yang sesungguhnya akan segera datang menghampirinya.
Gadis yang memakai gaun bermotif bunga selutut itu telah berdiri didepan taman hiburan sejak setengah jam yang lalu. Malam ini ia terlihat sangat cantik dari biasanya. Sekali lagi, ia tak akan berpenampilan memalukan didepan pria tampan itu. Sesekali ia juga bercermin untuk memastikan penampilannya sudah perfect.
Tak perduli, angin malam ini dingin. Bo Young masih menunggu sambil mendekap tubunya dengan tangan. Kakinya ia hentakkan kecil, untuk menahan dinginnya cuaca malam ini. Satu jam telah berlalu, saat ini jarum jam telah menunjukkan pukul delapan. Tapi, entahlah kenapa pria itu tak kunjung datang? Bo Young telah menelponnya berkali-kali, tapi selalu saja tak aktif. Ia malah takut kalau terjadi apa-apa dengan pria itu.
Seolah tak kenal dengan kata lelah, gadis bermata bulat itu tetap berdiri disana. Semakin malam, taman hiburan tak semakin sepi. Semakin malam, malah banyak pasangan yang pergi kesitu untuk sekedar jalan-jalan, atau memang berkencan. Mereka datang dengan senyum yang terpancar diwajah mereka.
Berbeda dengan Bo Young yang hanya sendiri disana. Sudah hampir dua jam, kaki kecilnya telah menopang tubuhnya untuk berdiri disitu. Sama sekali ia tak melihat Se Hun sedang berjalan diantara kerumunan pengunjung. Padahal, matanya selalu siaga untuk terus mengedarkan pandangan. Tapi, hasilnya nihil.
Tiba-tiba ponsel yang ada digenggamannya bergetar dan membuatnya mengalihkan pandangan ke benda kecil itu. Terlihat nama Se Hun tertera pada layar ponsel itu. Sebuah pesan singkat telah masuk dari Se Hun.
From : Se Hun
Bo Young-ah. Maafkan aku. Aku tak bisa menepati janjiku. Tadi, aku mendapat telepon dari Yoon Ah untuk menjemputnya di sekolah, karena ia sendirian disana. Setelahnya, ponselku mati dan aku tak tau kalau kau menelponku. Aku baru men-charge-nya di rumah setelah aku sampai di rumah. Maaf. Aku memilih menjemput Yoon Ah, karena ia sendirian katanya. Aku akan menemui besok di sekolah.
Tak terasa pelupuk mata Bo Young telah basah. Air matanya perlahan jatuh dan membasahi pipinya. Memang benar Se Hun, kau memilih Yoon Ah. Dia kekasihmu. Kau tak seharusnya memilihku, yang memang bukan siapa-siapa. Akulah yang bodoh, karena menaruh harapan kepadamu. Aku berharap kau akan melihatku lagi dan kembali seperti dulu. Seharusnya, aku lebih tau diri tentang garis yang memisahkan kita sekarang. Aku seharusnya tak berharap lebih padamu lagi.
To : Se Hun
Tak apa, Se Hun-ah. Lagi pula aku tak pergi. Udara malam ini cukup dingin. Kau tau kan kalau aku tak suka dingin. Aku jadi malas untuk pergi dan memilih tidur di rumah. Aku baru saja bangun, setelah membaca pesan darimu. Oh ya, sepertinya aku akan sibuk akhir-akhir ini. Maaf, aku tak bisa menemuimu besok. Aku sangat sibuk dan mungkin tak bisa menemuimu dalam waktu yang lama. Maaf.
Send...
Jarinya melemas ketika menekan tombol send pada layar ponselnya. Ia semakin terisak ketika harus berbohong kepada Se Hun. Tapi, mungkin ini yang terbaik untuk sekarang. Ia tak akan menemui ia lagi, dan ia akan lebih sadar dengan samudera yang memisakan mereka. Yang sampai kapanpun ia tak akan bisa melewatinya.
***
Kenapa ia merasa kalau gadis itu menjahuinya? Ia tak pernah lagi mengangkat teleponnya atau sekedar membalas pesannya. Apakah Bo Young sesibuk itu? Sehingga tak ingin menemuinya.
"Sayang, kau kenapa?" ucap gadis disampingnya yang membuyarkan lamunannya.
"Eoh.. tidak. Aku hanya sedikit pusing saja."
"Kau sakit?" gadis yang tak lain adalah Yoon Ah, menyentuh keningnya. "Tak panas."
"Aku tak apa. Mungkin saja karena aku belum makan."
"Kalau begitu ayo kita makan." Yoon Ah tersenyum, lalu menariknya untuk pergi ke restoran didekat situ.
Dulu, ia selalu pulang bersama Bo Young dan sebelum pulang, ia selalu mengajaknya untuk menyantap bekal yang sudah dipersiapkan gadis itu bersama. Sambil berbincang soal orang yang mereka cintai, mereka menyantap bekal tersebut bersama. Se Hun membicarakan Yoon Ah dan Bo Young membicaran pria misterius yan ia sukai. Namun sekarang, bak sebuah mimpi. Ia mampu pulang bersama dengan gadis yang ia sukai sejak lama. Tapi, kenapa ia malah merasa kurang nyaman dan kurang lepas jika bersama gadis itu? Apakah cinta ini membuatnya canggung?
Yoon Ah menghentikan langkahnya dan melepaskan genggaman tangannya. ia mengerjap pada lelaki yang berjalan menghampirinya. Tersirat ketakutan pada mata Yoon Ah saat ini.
"Yoon Ah dear," ucap lelaki itu yang tersenyum miring kepada Yoon Ah.
"Kau siapa?" ucap Se Hun yang membuat lelaki itu mengalihkan pandangan kepada lelaki yang ada disamping Yoon Ah.
"Yoon Ah-yah, ini siapa?" ucap lelaki itu yang malah bertanya kepada Yoon Ah.
Gadis itu tak menjawab dan hanya bingung menatap bergantian dua lelaki itu.
"Kau sendiri siapa?" tanya Se Hun dengan nada tinggi.
"Aku pacarnya."
Se Hun membuka matanya lebar ketika mendengar ucapan lelaki itu. "Apa kau gila? Yoon Ah itu pacarku!"
"Apa? Kau yang gila, aku pacar Yoon Ah sejak lama. Kau ini yang siapa? Yoon Ah katakanlah." Lelaki itu menggoyangkan lengan Yoon Ah agar ia mau bicara.
"Yoon Ah-yah, apa benar?"
Gadis itu menghembuskan nafas panjang, "Maaf Se Hun-ah." Hanya itu yang ia ucapkan sebelum berlari pergi meninggalkan dua lelaki itu.
Se Hun masih tertegun menyadari pernyataan Yoon Ah barusan. Apa maksudnya barusan? Jadi, pria ini..
"Sekarang kau tau kan. Dasar." Lelaki itu melayangkan tinjuan ke wajah Se Hun dan membuat badannya terhuyung ke tanah.
Se Hun menyentuh bibirnya yang perih dan melihat darah di jarinya. Ia pun berdiri dan meninju balik lelaki itu. Tapi, lelaki itu mungkin sangat kuat sehingga ia malah kena pukulan lagi dan lagi. Ia tak bisa membalas dan membiarkan tubuhnya terus dipukuli. Ia terus merintih, tetapi lelaki itu terus memukulinya.
"Se Hun-ah," teriak seseorang yang membuat lelaki itu menghentikan pukulannya dan pergi begitu saja.
"Se Hun-ah, kau kenapa?" Se Hun mendongak dan melihat seraut wajah yang sangat ia kenali betul sedang mengangkat kepalanya. "Kau berdarah." Gadis itu mengusap darah karena pukulan lelaki itu tadi.
Se Hun malah tersenyum. Entah, kenapa ia merasa senang ketika gadis ini khawatir tentangnya. "Aku tak apa, Bo Young-ah."
"Jangan tersenyum. kau sedang terluka." Gadis itu membantu Se Hun berdiri. "Ayo, ikut aku."
Park Bo Young membawa Se Hun kerumahnya, karena rumahnya lah yang cukup dekat dari situ. Ia membaringkan tubuh Se Hun ke kasur di kamarnya. Setelahnya, ia langsung berlari keluar dan kembali dengan membawa kotak P3K.
Ia membersihkan luka Se Hun dan mengobatinya. Tangan halusnya sangat telaten mengobati lukanya. "Setelah ini kau tidurlah. Tak perlu bicara apa-apa dulu. Aku akan menelpon ibumu dan mengatakan kalau kau ada disini."
Sikap cerewet gadis itu tiba-tiba muncul lagi. Se Hun lagi-lagi tersenyum melihatnya.
"Sudah kubilang jangan tersenyum!" seru Bo Young dengan muka datar. Lalu, menyelimuti tubuh Sehun. "Aku pergi dulu. Kau istiratlah. Panggil aku jika butuh sesuatu." Gadis itu pergi meninggakan Se Hun dikamarnya setelah mengusap lembut puncak rambut Se Hun.
Sekali lagi, ia selalu menjadi orang satu-satunya yang ada saat ia terluka. Ia menjadi orang yang pertama mengusap lukanya saat ia sakit. Ucapan cerewtnya lah yang selalu ia dengar pertama kali disaat seperti ini. Senyumnya lah yang seolah menjadi obat saat ia seperti ini. Park Bo Young, adalah satu-satunya yang seperti itu baginya.
***
Matanya mengerjap ketika cahaya lampu menyilaukan matanya saat ia membuka mata. Lehernya masih kaku untuk digerakkan, namun ia tetap menoleh kearah jendela kamar itu dan melihat kalau langit telah berubah menjadi gelap. Ini sudah malam.
Se Hun mencoba bangkit, atau setidaknya membiarkan tubuhnya untuk duduk bersandar. Ternyata ia sudah disini sampai larut malam. Disini, di rumah gadis yang menolongnya tadi.
"Kau sudah bagun?" ucap seseorang yang tiba-tiba muncul dari balik pintu sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat segelas susu.
"Eoh." Se Hun mengangguk.
Gadis itu lantas duduk disamping Se Hun dan memberikan susu tersebut kepadanya. "Minumlah."
Se Hun menuruti kemauan gadis itu dan meminum susu tersebut sampai habis. "Terimaksih," Se Hun meletakkan gelas kosong itu diatas meja yang ada disampingnya itu.
"Kau kenapa?" tanya Bo Young sambil mengusap sisa susu yang ada dimulut Se Hun.
"Aku.. aku putus dengan Yoon Ah. Yoon Ah ternyata memiliki kekasih lain. Dan orang itu tadi adalah pacar Yoon Ah."
"Apa?" Bo Young melebarkan matanya sambil menatap Se Hun. "Bisa-bisanya dia melakukan hal itu."
"Entahlah. Mungkin memang tak ada orang yang mencintaiku dengan tulus. Cinta untukku benar-benar tak ada." Se Hun menundukkan kepala seraya menitihkan air mata.
Bo Young kemudian menarik tubuh Se Hun dan mendekapnya dalam pelukan hangat. "Anio. Kau salah. Masih ada satu."
"Hah?" Se Hun melepaskan pelukannya dan beralih menatap gadis itu. "Apa maksudmu?"
"Aku mencintaimu dengan tulus, jauh sebelum kau menjadi seperti ini," ucap Bo Young yang membuat Se Hun tak berkedip sama sekali.
"Lalu lelaki yang kau suka itu?"
"Dirimu. Dialah Oh Se Hun," jawabnya seraya melahirkan senyuman cantik dari bibir manisnya.
"Bo Young-ah.."
"Tak apa jika kau tak mencintaiku. Kau tak perlu membalasnya. Mencintaimu saja sudah menjadi keberuntungan terbaikku." Bo Young menggenggam tangan Se Hun. "Aku mencintaimu seperti aku bernafas. Aku tak pernah menyesal akan cintaku. Walau suatu saat diriku pun akan mati jika nafas itu berhenti."
"Bo Young-ah. Apa masih terlambat aku untuk mencintaimu?"
"Apa maksudmu?" Bo Young mengernyitkan dahi.
"Hanya kau satu-satunya orang yang selalu mendekapku disaat senang, sedih atau duka. Dan apa kau pikir aku akan bertahan jika suatu saat nanti kau akan melepaskan dekapanmu?"
"Se Hun-ah..."
"Cintaku mungkin tak sebesar rasa cintaku padamu. Tapi, kau tau aku butuh cintamu yang besar itu. Jadi, aku ingin mencintaimu seperti kau mencintai diriku."
"Aku tak butuh cintamu yang sebesar gunung. Aku tak butuh kasih sayangmu yang seluas samudera. Aku hanya butuh setitik cintamu, walau hanya seperti setetes air."
"Terimakasih, Bo Young-ah. Telah menjadikanku the One and Only." Se Hun memeluk Bo Young dengan erat sambil terisak bahagia, karena cinta yang sesungguhnya telah ada dalam pelukannya sekarang.
***

PANTAU TERUS BLOG AKU UNTUK BACA SERI SELANJUTNYA DAN KOMEN UNTUK SARAN.

WE ARE ONE, WE ARE EXO-L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar